Reposisi guru SAI
Jadi mengingat saat akhir
tahun pelajaran 2013-2014 kemarin tepatnya saat pengumuman reposisi fasilitator
sekolah alam indonesia. Saat itu namaku tercantum sebagai fasilitator kelas 6.
Yang bikin saya syok dan tak percaya adalah bukan sebagai fasilitator kelas
enamnya tetapi anak-anak yang harus bertemu denganku nanti. Membayangkannya
saja aku gak percaya. Bukan karena anak-anak ini bermasalah, bukan, bukan
itu.... tetapi yang terlintas dipikiranku saat itu,”kasihan sekali anak-anak
ini harus bertemu denganku selama tiga tahun berturut-turut....”. kenapa
pertanyaan ini muncul, karena kekhawatiran dalam diri akan kenyamanan diri ini
dalam berinteraksi dengan mereka sehingga kenyaman ini membuat mereka tidak berkembang.
Yang terlintas dalam pikiran ini: Apa yang harus aku lakukan?
Membayangkan hal tersebut membuat aku Semalaman
berpikir kok bisa ya ditempatkan dengan anak yang sama selama tiga tahun berturut-turut? Gak kasihan dengan
anaknya?
Karena hal ini akhirnya
mendorong aku untuk bersilaturrahim dan bertukar pikiran dengan sahabat-sahabat
lama yang suka aku ajak sharing tentang
dunia pendidikan...
Aku pikir aku harus cari
solusi bukan terpuruk memikirkan kata-kata:”kok bisa ya?”
Akhirnya aku mendapatkan buah
dari silaturrahim yang aku lakukan itu yaitu sebuah pernyataan dari sahabatku yang cukup menohok dan memotivasi diri.
Beliau mengatakan,” kenapa kamu mikir ini sebuah masalah kenapa gak dibalik
bahwa ini adalah sebuah tantangan untuk kamu keluar dari zona nyaman saat
berhadapan dengan objek yang sama?mungkin juga Allah memberikan kesempatan kamu
untuk menyelesaikan sesuatu yang mungkin belum selesai dengan anak-anak ini...
coba pikirkan apa yang harus diperbaiki dari kamu saat bersama mereka?”
Mendengar hal itu, aku merasa seperti
dibangunkan, oh oke i’ve got it....
Satu hal lagi yang merubah perasaan diawal
itu adalah sebuah SMS semangat dari salah satu “guru” saya di sekolah alam
indonesia yang isinya:
Terus semangat pegang kelas ujian ya...
semoga niat besar selalu tertanam dan menjadi
visi misi besar kita. Pessan utama yang harus ditanamkan bukan pada pencapaian
kognitif tapi gimana supaya kita sampai pada pencapaian ruhiyah yang kuat.. in
sya allah...
Aku adalah orang yang suka “kepo”
terhadap solusi untuk sesuatu yang sedang aku hadapi. Saat aku tidak mempunyai
bayangan harus apa, aku akan berusaha mendatangi orang-orang yang pernah
mengalami posisi yang sama seperti aku atau mendatangi orang-orang yang bisa
menginspirasi aku.
awal tahun ajaran
Awal tahun ajaran 2014-2015
bertepatan dengan bulan suci ramadhan. Anak-anak berdatangan setelan cukup lama
mereka libur. Mereka dikumpulkan di plaza yaitu sebuah tempat yang cukup luas
yang berlantaikan konblok.
Seperti biasa, diawal masuk
kami di SAI selalu mengadakan sebuah kegiatan rutin yaitu penyambutan, games
mencari teman sekelas dan games mencari guru kelas.
Setelah semuanya selesai,
saat mereka suddah tahu dimana kelasnya, siapa saja teman sekelasny dan sudah
menebak siapa guru kelasnya melalui games tersebut, mereka dikumpulkan kembali
di plaza dan di beritahu siapa guru kelasnya yang tepat. Yang tak terlupakan
dari reaksi anak-anakku saat tahu bahwa aku adalah guru kelasnya adalah:
“bu,” panggil salah satu muridku,” tiga tahun
bu, tiga tahun berturut-turut bu,” jawabku,” iya, kamu bosan ya? Maaf ya,”
jawab muridku,” gak bu, gak bosen,udah bu jadi guru kita aja saat di kelas7,
kelas 8 sampai kelas 9, kan enak,”
Entahlah harus seperti apa saat mendengar
pernyataan tersebut..
Dan satu lagi yang buat aku
terharu, ada salah satu muridku yang laki-laki mendekati aku,dia bertanya,”ibu,
ibu jangan bosen ya ketemu aku lagi” aku jawab,” insya allah, yang aku pikirkan
bukan aku yang bosen tapi kamu jangan bosen ya ketemu ibu lagi,” balas muridku
lagi, “ gaklah bu, gak bosen..”
Berbagi itu indah
Setelah libur panjang
ramadhan dan lebaran, tibalah anak-anakku yang soleh dan sholihah masuk
sekolah. Di sekolah kami khususnya di lingkungan sd kelas 5-6, serta SL/SMP
kelas 7-9, kami selalu mengadakan kegiatan halal bihalal keesokan harinya, dan
kegiatan ini dipanitiai oleh kelas 9. Karena di kegiatan ini ada acara
makan-makan bersama dengan adik kelas dan kakak kelas, maka panitia menentukan
uang konsumsi sebesar Rp25.000 dan ini sudah diberitahu sebelumnya sehingga
setiap anak saat masuk sudah membawa uang konsumsi tersebut.
Saat kakak kelasnya datang
ke kelas 6 untuk “menagih” uang konsumsi, ada beberapa anak yang lupa
membawanya. Akhirnya oleh kakak kelasnya diperbolehkan membayar saat kegiatan
yaitu esok hari.
kegiatan halal bi halal
tiba, pagi harinya sebelum memulai kegiatan halal bi halal, seperti biasa kita
buka kelas membaca al matsurot. Datanglah kakak kelas 9 untuk meminta uang
konsumsi yang belum bayar, semua bayar, ada satu anak yang lupa bawa karena
kemarin tidak masuk, saat beliau di minta, beliau tidak bisa membayar karena
tidak punya uang sebesar itu. Sedangkan jika tidak membayar uang konsumsi
berarti tidak bisa ikut makan-makan...
Salah satu anak mendatangiku yang sedang
bersama dengan anak yang lupa membawa uang tersebut. Anak itu mengatakan,”kalau
kamu punya uang 10.000 aku akan kasih pinjam uangku yang 15.000 ini,” mendengar
hal tersebut membuat hati ini terharu, masyaallah...
Rasa penasaranku muncul, akupun bertanya ke
anak ini,” kenapa kamu mau minjemin uang ke temanmu,” dengan polosnya dia
berkata,” kasihan bu, masa kita makan-makan dia gak...” jleb.... satu
pembelajaran yang aku dapatkan... beliau tidak memikirkan diri sendiri saja
tetapi temannyapun dia pikirkan. Ingin sekali aku memeluknya tapi karena di
sekolah kami mengajarkan hubungan antara bukan muhrim.. jadi aku hanya bisa
memandangnya kagum saja dan berdoa semoga anak-anakku menjadi anak yang soleh
dan solihah. Dan ini adalah salah satu alasan kenapa aku bahagia menjalani
profesi ini,karena aku banyak mendapatkan “guru kehidupan” di kelas.
Memberi kebaikan untuk sekitar
Saat perpisahan dewan kelas 5, kebetulan aku
diundang karena aku juga menjadi salah satu fasilitator angkatan ini. Beberapa orang tua yang saat di kelas 5
kemarin menjadi dewan kelas dan mensukseskan kegiatan-kegiatan di kelas 5
berkumpul untuk melakukan pembubaran dewan kelas, dan kamipun, aku, bu ian dan
pak fauzi selaku fasilitator di kelas 5 kemarin, diundang untuk menghadirinya.
Sebuah cerita aku dapatkan
dari salah satu orang tua yang hadir saat itu ketika aku bertanya kenapa anak
beliau yang menjadi muridku itu tidak ikut. Ibu inipun bercerita kalau
kebiasaan anaknya saat libur adalah suka bermain dan mengumpulkan anak-anak di
sekitarnya. Dan hebatnya saat anak-anak sekitar rumahnya ingin bermain ke rumah
muridku ini, muridku ini memberi syarat supaya temannya yang bermain kerumahnya
setoran surat dalam al-qur’an ke muridku ini. Masya allah.....
Seorang anak berumur 12 tahun sudah
memberikan kebaikan untuk sekitar... malu itu yang pertama kali aku rasa.
Saat mendengar cerita tersebut,aku berkaca
terhadap diri sendiri.. apa saja yang sudah aku lakukan untuk sekitarku?
Bu Eha, aku sedang men-challange diri sendiri......
Aku mencoba untuk
selalu datang lebih awal ke kelas supaya bisa mendengar cerita di pagi hari
dari murid-muridku. Kebetulan juga saat awal masuk kami mempunyai kesepakatan,
bahwa untuk yang piket, datang 10 menit lebih awal dari yang lain.
Di
suatu pagi, kami melakukan kegiatan seperti biasa yaitu memulai pagi dengan
membaca Al matsurot supaya hati-hati kami terikat dan dilanjutkan dengan morning talk. Karena di kelas 6 ini,
kami, fasilitator kelas 6 ingin membiasakan sholat dhuha. Sudah beberapa hari
aku perhatikan, murid-muridku suka bermalas-malasan saat sholat dhuha, karena
hal ini akupun mengisi morning talk
dengan sharing tentang sholat dhuha
dan manfaatnya. Salah satunya manfaatnya saat kita sholat dhuha, maka Allah akan
memberikan sebuah rumah di syurga.
Ternyata ada muridku
melakukan challange untuk dirinya
sendiri, yaitu ingin membiasakan sholat dhuha 4 raka’at. Aku tahu tentang
tekadnya ini saat kami akan sholat dhuha dan dia bilang,” bu tahu gak?kitakan
sedang men-challange untuk biasa
sholat dhuha 4 raka’at”. Dan beberapa hari setelah morning talk itu dia
berusaha merealisasikan challange
tersebut, dia setiap pagi melakukan sholat dhuha 4 raka’at karena ingin punya
rumah di surga. Masya Allah....
Terjawablah apa yang menjadi keraguan di
awal tahun pelajaran
Setelah
sudah hampir 3 bulan berinteraksi dengan anak-anakku yang 3 tahun
berturut-turut bersamaku, ternyata banyak hal yang harus aku pelajari dari
mereka. Dari anak-anak hebat ini, dari anak-anak yang soleh dan sholihah,karena
mereka adalah guru kehidupan yang sebenarnya.