Sabtu, 20 September 2014

Makna Tiga Tahun Bersama



Reposisi guru SAI

Jadi mengingat saat akhir tahun pelajaran 2013-2014 kemarin tepatnya saat pengumuman reposisi fasilitator sekolah alam indonesia. Saat itu namaku tercantum sebagai fasilitator kelas 6. Yang bikin saya syok dan tak percaya adalah bukan sebagai fasilitator kelas enamnya tetapi anak-anak yang harus bertemu denganku nanti. Membayangkannya saja aku gak percaya. Bukan karena anak-anak ini bermasalah, bukan, bukan itu.... tetapi yang terlintas dipikiranku saat itu,”kasihan sekali anak-anak ini harus bertemu denganku selama tiga tahun berturut-turut....”. kenapa pertanyaan ini muncul, karena kekhawatiran dalam diri akan kenyamanan diri ini dalam berinteraksi dengan mereka sehingga kenyaman ini membuat mereka tidak berkembang. Yang terlintas dalam pikiran ini: Apa yang harus aku lakukan?
Membayangkan hal tersebut membuat aku Semalaman berpikir kok bisa ya ditempatkan dengan anak yang sama selama  tiga tahun berturut-turut? Gak kasihan dengan anaknya?
Karena hal ini akhirnya mendorong aku untuk bersilaturrahim dan bertukar pikiran dengan sahabat-sahabat lama yang suka aku ajak sharing tentang dunia pendidikan...
Aku pikir aku harus cari solusi bukan terpuruk memikirkan kata-kata:”kok bisa ya?”
Akhirnya aku mendapatkan buah dari silaturrahim yang aku lakukan itu yaitu sebuah pernyataan dari sahabatku yang cukup menohok dan memotivasi diri. Beliau mengatakan,” kenapa kamu mikir ini sebuah masalah kenapa gak dibalik bahwa ini adalah sebuah tantangan untuk kamu keluar dari zona nyaman saat berhadapan dengan objek yang sama?mungkin juga Allah memberikan kesempatan kamu untuk menyelesaikan sesuatu yang mungkin belum selesai dengan anak-anak ini... coba pikirkan apa yang harus diperbaiki dari kamu saat bersama mereka?”
Mendengar hal itu, aku merasa seperti dibangunkan, oh oke i’ve got it....
Satu hal lagi yang merubah perasaan diawal itu adalah sebuah SMS semangat dari salah satu “guru” saya di sekolah alam indonesia yang isinya:
Terus semangat pegang kelas ujian ya...
semoga niat besar selalu tertanam dan menjadi visi misi besar kita. Pessan utama yang harus ditanamkan bukan pada pencapaian kognitif tapi gimana supaya kita sampai pada pencapaian ruhiyah yang kuat.. in sya allah...
Aku adalah orang yang suka “kepo” terhadap solusi untuk sesuatu yang sedang aku hadapi. Saat aku tidak mempunyai bayangan harus apa, aku akan berusaha mendatangi orang-orang yang pernah mengalami posisi yang sama seperti aku atau mendatangi orang-orang yang bisa menginspirasi aku.

awal tahun ajaran

Awal tahun ajaran 2014-2015 bertepatan dengan bulan suci ramadhan. Anak-anak berdatangan setelan cukup lama mereka libur. Mereka dikumpulkan di plaza yaitu sebuah tempat yang cukup luas yang berlantaikan konblok.
Seperti biasa, diawal masuk kami di SAI selalu mengadakan sebuah kegiatan rutin yaitu penyambutan, games mencari teman sekelas dan games mencari guru kelas.
Setelah semuanya selesai, saat mereka suddah tahu dimana kelasnya, siapa saja teman sekelasny dan sudah menebak siapa guru kelasnya melalui games tersebut, mereka dikumpulkan kembali di plaza dan di beritahu siapa guru kelasnya yang tepat. Yang tak terlupakan dari reaksi anak-anakku saat tahu bahwa aku adalah guru kelasnya adalah:
“bu,” panggil salah satu muridku,” tiga tahun bu, tiga tahun berturut-turut bu,” jawabku,” iya, kamu bosan ya? Maaf ya,” jawab muridku,” gak bu, gak bosen,udah bu jadi guru kita aja saat di kelas7, kelas 8 sampai kelas 9, kan enak,”
Entahlah harus seperti apa saat mendengar pernyataan tersebut..
Dan satu lagi yang buat aku terharu, ada salah satu muridku yang laki-laki mendekati aku,dia bertanya,”ibu, ibu jangan bosen ya ketemu aku lagi” aku jawab,” insya allah, yang aku pikirkan bukan aku yang bosen tapi kamu jangan bosen ya ketemu ibu lagi,” balas muridku lagi, “ gaklah bu, gak bosen..”

Berbagi itu indah

Setelah libur panjang ramadhan dan lebaran, tibalah anak-anakku yang soleh dan sholihah masuk sekolah. Di sekolah kami khususnya di lingkungan sd kelas 5-6, serta SL/SMP kelas 7-9, kami selalu mengadakan kegiatan halal bihalal keesokan harinya, dan kegiatan ini dipanitiai oleh kelas 9. Karena di kegiatan ini ada acara makan-makan bersama dengan adik kelas dan kakak kelas, maka panitia menentukan uang konsumsi sebesar Rp25.000 dan ini sudah diberitahu sebelumnya sehingga setiap anak saat masuk sudah membawa uang konsumsi tersebut.
Saat kakak kelasnya datang ke kelas 6 untuk “menagih” uang konsumsi, ada beberapa anak yang lupa membawanya. Akhirnya oleh kakak kelasnya diperbolehkan membayar saat kegiatan yaitu esok hari.
kegiatan halal bi halal tiba, pagi harinya sebelum memulai kegiatan halal bi halal, seperti biasa kita buka kelas membaca al matsurot. Datanglah kakak kelas 9 untuk meminta uang konsumsi yang belum bayar, semua bayar, ada satu anak yang lupa bawa karena kemarin tidak masuk, saat beliau di minta, beliau tidak bisa membayar karena tidak punya uang sebesar itu. Sedangkan jika tidak membayar uang konsumsi berarti tidak bisa ikut makan-makan...
Salah satu anak mendatangiku yang sedang bersama dengan anak yang lupa membawa uang tersebut. Anak itu mengatakan,”kalau kamu punya uang 10.000 aku akan kasih pinjam uangku yang 15.000 ini,” mendengar hal tersebut membuat hati ini terharu, masyaallah...
Rasa penasaranku muncul, akupun bertanya ke anak ini,” kenapa kamu mau minjemin uang ke temanmu,” dengan polosnya dia berkata,” kasihan bu, masa kita makan-makan dia gak...” jleb.... satu pembelajaran yang aku dapatkan... beliau tidak memikirkan diri sendiri saja tetapi temannyapun dia pikirkan. Ingin sekali aku memeluknya tapi karena di sekolah kami mengajarkan hubungan antara bukan muhrim.. jadi aku hanya bisa memandangnya kagum saja dan berdoa semoga anak-anakku menjadi anak yang soleh dan solihah. Dan ini adalah salah satu alasan kenapa aku bahagia menjalani profesi ini,karena aku banyak mendapatkan “guru kehidupan” di kelas.

Memberi kebaikan untuk sekitar

Saat perpisahan dewan kelas 5, kebetulan aku diundang karena aku juga menjadi salah satu fasilitator angkatan ini.  Beberapa orang tua yang saat di kelas 5 kemarin menjadi dewan kelas dan mensukseskan kegiatan-kegiatan di kelas 5 berkumpul untuk melakukan pembubaran dewan kelas, dan kamipun, aku, bu ian dan pak fauzi selaku fasilitator di kelas 5 kemarin, diundang untuk menghadirinya.
Sebuah cerita aku dapatkan dari salah satu orang tua yang hadir saat itu ketika aku bertanya kenapa anak beliau yang menjadi muridku itu tidak ikut. Ibu inipun bercerita kalau kebiasaan anaknya saat libur adalah suka bermain dan mengumpulkan anak-anak di sekitarnya. Dan hebatnya saat anak-anak sekitar rumahnya ingin bermain ke rumah muridku ini, muridku ini memberi syarat supaya temannya yang bermain kerumahnya setoran surat dalam al-qur’an ke muridku ini. Masya allah.....
Seorang anak berumur 12 tahun sudah memberikan kebaikan untuk sekitar... malu itu yang pertama kali aku rasa.
Saat mendengar cerita tersebut,aku berkaca terhadap diri sendiri.. apa saja yang sudah aku lakukan untuk sekitarku?

Bu Eha, aku sedang men-challange diri sendiri......

            Aku mencoba untuk selalu datang lebih awal ke kelas supaya bisa mendengar cerita di pagi hari dari murid-muridku. Kebetulan juga saat awal masuk kami mempunyai kesepakatan, bahwa untuk yang piket, datang 10 menit lebih awal dari yang lain.
            Di suatu pagi, kami melakukan kegiatan seperti biasa yaitu memulai pagi dengan membaca Al matsurot supaya hati-hati kami terikat dan dilanjutkan dengan morning talk. Karena di kelas 6 ini, kami, fasilitator kelas 6 ingin membiasakan sholat dhuha. Sudah beberapa hari aku perhatikan, murid-muridku suka bermalas-malasan saat sholat dhuha, karena hal ini akupun mengisi morning talk dengan sharing tentang sholat dhuha dan manfaatnya. Salah satunya manfaatnya saat kita sholat dhuha, maka Allah akan memberikan sebuah rumah di syurga.
Ternyata ada muridku melakukan challange untuk dirinya sendiri, yaitu ingin membiasakan sholat dhuha 4 raka’at. Aku tahu tentang tekadnya ini saat kami akan sholat dhuha dan dia bilang,” bu tahu gak?kitakan sedang men-challange untuk biasa sholat dhuha 4 raka’at”. Dan beberapa hari setelah morning talk itu dia berusaha merealisasikan challange tersebut, dia setiap pagi melakukan sholat dhuha 4 raka’at karena ingin punya rumah di surga. Masya Allah....

Terjawablah apa yang menjadi keraguan di awal tahun pelajaran

            Setelah sudah hampir 3 bulan berinteraksi dengan anak-anakku yang 3 tahun berturut-turut bersamaku, ternyata banyak hal yang harus aku pelajari dari mereka. Dari anak-anak hebat ini, dari anak-anak yang soleh dan sholihah,karena mereka adalah guru kehidupan yang sebenarnya.